Kamis, 30 November 2017




BERMAIN SAMBIL BELAJAR

Halo Pharmacist Zone Lovers... kali ini saya akan sharing mengenai serunya bermain sambil belajar. Pada Semester 1 yang lalu saya mendapatkan tugas dari dosen kami Ibu Dra. MG. Isworo Rukmi, MKes. yang mengajar mata kuliah Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan Akfar Theresiana Semarang untuk mencari dan mendokumentasikan jenis-jenis akar beserta nama tanaman, bentuk dan fungsinya.
Tentu tugas ini gampang-gampang sulit ya..., karena kita tidak diperbolehkan untuk searching di internet. Berikut 9 jenis akar yang harus kita cari pada waktu itu, yang terdiri dari : 
1. Akar tunjang
2. Akar lutut
3. Akar udara
4. Akar gantung
5. Akar napas
6. Akar pelekat
7. Akar pembelit
8. Akar banir
9. Akar penghisap
Nah, untuk menemukan akar-akar tersebut kita menyusuri ke salah satu daerah yang terletak di Semarang Utara yaitu Tambak Lorok, disana kita menemukan akar tunjang dimana terdapat pada tanaman bakau ( Rhizopora conyugata L.). Akar tunjang merupakan akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah dan seakan-akan menunjang batang ini jangan sampai rebah, karena batang tumbuhan yang mempunyai akar ini terdapat di atas tanah atau air atau pada batang tanaman lain. Disana terlihat banyak sekali tanaman bakau yang terlihat hijau dan indah. Tak lupa kami memanfaatkan moment tersebut dengan berfoto-foto sambil beristirahat meneduh, karena pada waktu itu cuaca lumayan panas.
Kemudian setelah kita mendokumentasi bentuk akar tunjang tersebut, kita melanjutkan perjalanan kita untuk mencari jenis akar yang lain. Di pinggir jalan arteri daerah pelabuhan kita berhasil menemukan akar napas, akar napas adalah akar yang muncul di atas tanah air, berperan untuk menyerap air dalam proses fotosintesis, terdapat banyak lubang untuk eluar masuknya udara pada proses respirasi.
Kemudian kita menemukan akar gantung yaitu pada pohon beringin di halaman sekolah tinggi ilmu ekonomi Bank BPD. Akar gantung adalah akar yang muncul dari bagian atas tanaman, jika akar ini telah mencapai dan masuk ke dalam tanah akan berperan seperti akar biasa, bagian atas tanah seringkali berubah menjadi batang. 
Kemudian kita menemukan akar banir di tepi jalan Siliwangi arah keluar bandara Ahmad Yani, akar banir merupakan akar yang berfungsi sebagai pengkokoh berdirinya suatu pohon, dan banyak terdapat pada tumbuhan jenis tropik, biasanya akar berbentuk menjalar-jalar ke segala arah.
Untuk akar yang lain yang belum kita temukan pada waktu itu, kita bekerjasama untuk membagi tugas dengan teman kelompok saya, karena sebagian besar untuk akar udara, akar penghisap, akar pembelit dan pelekat banyak ditemukan pada tanaman-tanaman rumahan. Seperti akar udara yang bisa kita temukan pada tanaman anggrek, akar pelekat pada tanaman lada, akar pembelit pada tanaman vanili, dan akar penghisap bisa kita temukan pada tanaman jenis parasit seperti benalu.

Mungkin sekian sharing saya kali ini, sampai ketemu lagi di postingan saya selanjutnya ya...
Terimakasih.. Semoga bermanfaat :)
 




PROSEDUR PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SEBELUM REKONSTITUSI OBAT KEMOTERAPI



Halo Pharmacist Zone Lovers.... kali ini saya akan review sedikit mengenai tugas  Praktikum K3 di Akfar Theresiana pada Semester 2 lalu. Saya beserta kelompok saya mendapatkan tugas untuk membuat video K3, pada kesempatan itu saya beserta kelompok memilih tema "Cara Rekonstitusi Obat Kemoterapi Sesuai Dengan Standart K3". Namun disini yang akan saya tekankan adalah cara pemakaian APD sebelum proses rekonstitusi tersebut. Bagaimana sih urutan langkah-langkah pemakaian APD yang benar dan apa sajakah APD yang akan kita gunakan sebelum proses rekonstitusi obat kemoterapi tersebut??
Disini kita harus menyediakan APD sebagai berikut :
a)      Baju pelindung / gown pelindung
·         Pakaian terdiri dari pakaian dalam  dan  pakaian luar
·         Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang tidak  melepaskan debu dan serat.
·         Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan
·         Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan  manset elastik pada tangan dan kaki.
b)      Topi pelindung
Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada partikel kotoran yang dapat mengkontaminasi sediaan.
c)      Masker
Harus dapat melindungi masuknya bahan kimia ke dalam mulut dan hidung
d)     Sarung tangan
·         Sarung tangan yang digunakan double dan terbuat dari bahan latex untuk melindungi jika terkena tusukan dan harus menutupi manset baju. 
·         Sarung tangan yang dipakai harus bebas dari bedak, untuk menghindari  partikel tersebut masuk ke dalam vial.
·         Sarung tangan yang robek harus segera diganti
e)      Sepatu pelindung
Terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam. Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam
f)       Kacamata pelindung/ safety gogles : untuk melindungi mata dari masuknya bahan kimia.
g)      Clemek plastik/ apron : untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia 
Urutan langkah-langkah kita menggunakan APD adalah:
1.      Petugas hendaklah  mencuci tangan dan  lengan hingga siku tangan dengan larutan desinfektan  (yang setiap minggu diganti). Kaki hendaklah  dicuci dengan  sabun dan  air dan kemudian dibasuh dengan larutan desinfektan.
2.      Tangan dan  lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik otomatis.
3.       Petugas memakai sepasang pakaian steril.
4.      Petugas memakai sepatu  pelindung/ penutup kaki. Penutup kaki hendaklah menyelubungi seluruh kaki dan ujung kaki.
5.       Petugas memakai sarung tangan non steril sebagai sarung tangan pertama. Sarung tangan dibasahi dengan  alkohol 70 % atau larutan desinfektan.
6.       Petugas memakai clemek plastik/ apron.
7.      Petugas memakai baju pelindung/ gown pelindung. Ujung lengan baju hendaklah diselipkan ke dalam sarung tangan.
8.      Petugas memakai sarung tangan steril sebagai sarung tangan kedua.
9.      Petugas memakai kedua masker (masker standar, dan masker N95).
10.  Petugas memakai nurse cup dan topi pelindung.
11.  Petugas memakai kacamata pelidung/ safety gogles.
12.  Petugas siap memasuki ruang handling sitostatika.
13.  Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas melepaskan sarung tangan dan meletakkannya pada wadah yang ditentukan untuk itu dan mengganti pakaian sebelum keluar dengan urutan yang berlawanan ketika memasuki ruangan steril.
Sedangkan prosedur melepaskan APD adalah sebagai berikut :
1.    Melepaskan sarung tangan luar
·      Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset.
·      Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah telapak tangan. Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh menyentuh sarung tangan dalam ataupun kulit.
·      Ulangi prosedur dengan tangan lainnya.
·      Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di bagian dalam sarung tangan.
·      Pegang sarung tangan yang diangkat dari dalam sampai seluruhnya terangkat.
·      Buang sarung tangan tersebut kedalam kantong tertutup.
2.    Melepaskan baju pelindung
·      Buka ikatan baju pelindung.
·      Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak di dalam.
·      Tempatkan dalam kantong tertutup.
3.      Melepaskan kacamata pelindung.
4.      Melepaskan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup.
5.      Melepaskan kedua masker.
6.      Melepaskan clemek plastik/ apron dan buang dalam kantong tertutup.
7.      Melepaskan sepatu pelindung.
8.    Melepaskan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak boleh menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup. Tempatkan kantong tersebut dalam kointainer buangan sisa.
9.      Mencuci tangan sesuai prosedur (6 langkah cuci tangan).

Kita perlu memahami prosedur-prosedur di atas dengan tujuan untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi, transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Potensial paparan pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Petugas farmasi yang bertugas pada handling sitostatika tanpa perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan lebih besar dari pada control subject. Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat kanker, preparasi obat sitostatika secara aseptis (handling citotoxic) diperlukan untuk melindungi produk dari kontaminasi mikroba dengan teknik aseptis, melindungi personal dan lingkungan yang terlibat dari exposure bahan berbahaya.


Sekian sharing saya pada kesempatan ini, terimakasih .Semoga bermanfaat ….. :)

DAFTAR PUSTAKA


Bakti Husada, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Gale Daniele, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta, 2000.
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
            EGC ; 1997.
Sarce, 2009, Proteksi Diri Perawat dalam Pemberian Sitostatika di Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara, Artikel Riset Keperawatan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.








Senin, 13 November 2017


Setiap hari..
Setiap jam..
bahkan..
Setiap detik..
adalah Rangkaian Masalah..
Kuncinya adalah..
Hadapi setiap permasalahan dengan penuh semangat, karena hidup adalah perjuangan
Hayati dengan doa, usaha dan kemantapan dalam hati
Nikmati dan bersyukur karena masalah membuat diri kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan dewasa..

" The Best Motivation is Self-Motivation." (Jim Rohn)

Jumat, 10 November 2017

Praktikum Farmakoterapi Akfar Theresiana Semarang



Salah satu materi pembelajaran yang paling menyenangkan bagi saya di perkuliahan Akfar Theresiana Semarang adalah praktikum Farmakoterapi. Praktikum Farmakoterapi saya dapatkan di Semester 3 ini . Mengapa sangat menyenangkan bagi saya? karena disini saya telah belajar meneliti efektivitas dari berbagai macam obat dan mekanisme obat di dalam tubuh kita hingga dapat memberikan efek. Percobaan ini diujikan melalui hewan uji yaitu mencit. Selain itu kita disini dituntut untuk terampil dalam memperlakukan hewan uji mulai dari penimbangan mencit, penandaan pada mencit, menghitung dosis obat, membuat larutan stok obat yang akan diberikan  baik melalui per oral, peritoneal, maupun subcutan.

Seperti kebanyakan praktikum farmasi lainnya, praktikum ini selalu diawali dengan tes awal/ pretest, dimana kita harus dapat menjawab beberapa pertanyaan berkaitan dengan apa yang akan di praktikumkan pada waktu itu. Sehingga, menuntut kita untuk mengetahui terlebih dahulu apa yang akan di praktikumkan dan memahami tujuan dilakukannya praktikum tersebut.

Menurut saya, percobaan yang paling menarik dari keseluruhan percobaan yang ada dalam praktikum ini adalah pada materi TONIKUM. Dimana kita akan mengetahui efektivitas obat-obat tonikum yang diberikan pada mencit. Percobaan ini menggunakan metode Natatory Exhaustion yang prinsipnya dengan membandingkan waktu lelah mencit ketika direnangkan dalam tangki air sebelum dan setelah diberikannya obat tonikum tersebut.

Tadinya saya belum bisa membayangkan bagaimana mencit itu berenang. Dari praktikum ini saya menjadi tahu ternyata mencit bisa berenang lebih lincah dari pada kita lho... hehe. Ini yang membuat praktikum ini menjadi terasa seru dan menyenangkan.

Langkah kerja yang pertama, mencit dipuasakan ± 8 jam sebelum praktikum, kemudian mencit direnangkan dalam tangki yang berisi air hangat bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch, stopwatch dimatikan ketika mencit sudah mulai berhenti berenang, dan dicatat sebagai waktu lelah mencit.

Jangan lupa, setelah mencit dikeluarkan dari tangki air kita mempersiapkan tissue untuk mengeringkan mencit agar tidak kedinginan.

Setelah itu mencit diistirahatkan kurang lebih 30 menit, setelah 30 menit berlalu, mencit diberikan larutan obat tonikum seperti kafein, vit b1, vit b6, vit b12, namun pada praktikum ini hanya menggunakan obat kafein. Kemudian didiamkan selama 30 menit, dan setelah 30 menit, mencit direnangkan kembali bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch, dan dimatikan ketika mencit mulai berhenti berenang dan dicatat kembali sebagai waktu lelah mencit.

Setelah itu, kita melakukan analisa data. Hasil yang baik seharusnya waktu lelah yang lebih panjang ditunjukkan pada hewan uji yang sudah diberikan obat daripada yang sebelum diberikan obat. Karena mekanisme obat tonikum sendiri adalah meningkatkan aktivasi noradrenalin/ norepinephrine yang dapat merangsang aktivitas saraf simpatis seperti menstimulasi perbaikan sel-sel tonus otot, meningkatkan denyut jantung, menigkatkan sirkulasi darah sehingga dapat memacu aktivitas mencit tersebut.

Masih penasaran kann?? Hehe..
Sebenarnya masih banyak lagi yang bisa saya ceritakan mengenai praktikum Farmakoterapi ini. Namun, karena keterbatasan waktu, sharingnya sampai disini dulu  ya! Akan menjadi suatu pengetahuan sekaligus pengalaman yang menyenangkan saat mengalaminya sendiri lohh.
Selamat mencoba =)